Artikel Semasa

THARIQAH DALAM ISLAM

THARIQAH DALAM ISLAM



APA itu thariqah? Bagaimana hubungannya dengan agama Islam? Apakah ber-thariqah diajarkan oleh Rasulullah SAW?

Thariqah adalah bahtera untuk mengarungi samudera kehidupan—sebuah cara untuk menempuh lautan dunia tanpa tenggelam atau terbasahi oleh keduniawian—dengan bahtera yang dibangun berdasarkan Al Qur'an dan As-Sunnah

Kata thariqah berasal dari kata bahasa Arab yang berarti “jalan”, setara dengan kata “path” atau “way” dalam bahasa Inggris. Thariqah, atau “tarekat”, dalam konteks agama Islam, berarti jalan pertaubatan untuk kembali kepada Allah (“taubat” berasal dari kata “taaba” yang artinya “kembali”), melalui jalan penyucian jiwa dan penyucian hati.


Di sisi lain, meski kata syariat juga memiliki makna “jalan”, yang setara dengan “road” atau “street” dalam bahasa Inggris, makna thariqah adalah jalan yang lebih abstrak, lebih halus, dan mutlak membutuhkan petunjuk arah untuk menempuhnya. Jalan “syariat” adalah jalan seperti di kota atau di daratan: seseorang cukup melihat sekelilingnya untuk mengetahui posisi dan ke arah mana ia harus melangkah.

Sedangkan jalan “thariqah” adalah jalan yang tak terlihat seperti di lautan atau di padang pasir: untuk mengetahui posisi dan arah, seseorang harus melihat dan memahami posisi bintang, matahari, mencermati arah angin, burung, hewan dan sebagainya, alih-alih sekedar melihat ke sekeliling. Di jalan yang tak tampak seperti ini, rasa pengharapan dan kebutuhan pertolongan Yang Maha Kuasa akan muncul sangat nyata pada diri seseorang.


 Dalam Al-Qur’an, kata thariqah dikaitkan dengan makna literal maupun makna simbolik. Sebagai contoh, perintah Allah untuk tetap istiqomah di atas thariqah agar dianugerahi air yang berlimpah (sebagai simbol keberlimpahan ilmu pengetahuan), pada Q.S. Al-Jin [72]: 16,

وَأَن لَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِ‌يقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًا

Dan sekiranya mereka mengokohkan diri di atas thariqah, sungguh Kami akan benar-benar memberikan pada mereka air yang menyegarkan. – Q.S. Al-Jin [72]: 16
atau pada Q.S. Thaahaa [20]: 77,

وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَسْرِ‌ بِعِبَادِي فَاضْرِ‌بْ لَهُمْ طَرِ‌يقًا فِي الْبَحْرِ‌ يَبَسًا لَّا تَخَافُ دَرَ‌كًا وَلَا تَخْشَىٰ

Dan sungguh, telah Kami wahyukan pada Musa, ‘Tempuhlah perjalanan di malam hari bersama para hamba-hamba-Ku, buatlah untuk mereka jalan kering di laut (thariqan fil bahr). Janganlah mencemaskan akan tersusul, dan janganlah menjadi takut. – Q.S. Thaahaa [20]: 77



Dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata “thariqah” sebagai simbol perintah agar manusia menjalani kehidupannya di dunia dengan membuat jalan kering di laut: yaitu mengarungi lautan kehidupan duniawi tanpa terbasahi atau tenggelam di dalamnya. Dalam makna yang lebih dalam, Allah menjadikan sejarah Nabi Musa a.s. sebagai perlambang: Musa melambangkan jiwa kita yang telah mendapatkan pertolongan dan penguatan dari Allah, kaum Bani Israil melambangkan hawa nafsu diri kita, dan pembebasan seluruh Bani Israil dari perbudakan di negeri Mesir melambangkan pembebasan hawa nafsu dan syahwat kita dari perbudakan di negeri jasadiah menuju ke tanah yang dijanjikan.

Itulah esensi dari sebuah thariqah yang haqq. Pertama, sebagai sebuah metode untuk menempuh jalan taubat—jalan untuk kembali kepada Allah—yaitu untuk meraih ampunan Allah, untuk memperoleh pengajaran-Nya mengenai siapa diri kita ini sebenarnya dan apa esensi kehidupan ini, bagaimana memahami agama dan hakikatnya, serta bagaimana agama Rasulullah Muhammad SAW bisa menjadi jalan untuk memperoleh semua itu. Kedua, sebagai sebuah metode untuk “menempuh jalan kering di laut”: cara untuk menempuh kehidupan di dunia tanpa ditenggelamkan oleh hasrat jasadiah maupun keduniawian.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

SYARI'AT HAKIKI Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Imej tema oleh richcano. Dikuasakan oleh Blogger.